Jamkesmas: Miskin dan Sombong?


Tutorial senin ini agak tidak biasa. Entah bagaimana, selain berdiskusi tentang kasus pekan ini yang aneh *soalnya di headernya ada tulisan diphtery, yaiyalah langsung ketauan. Semacam fail haha* kelompok tutorial A1 Tropmed kali ini sampai membahas mengenai jamkesmas bahkan star wars.

Tapi saya ga akan cerita tentang star wars yang kalau kata dr. Dean, lihatlah filosofi di balik ceritanya. Bukan mau cerita kalu filosofinya itu tentang takdir, menurut beliau *kan si darth vadernya ga ngebiarain istrinya mati, tapi justru itu yang bikin istrinya mati. Saya ga tau juga sih, belum nonton soalnya, jadi ga bisa komentar*

Tapi tentang obrolan lainnya.

Kronologisnya: kurang jelas et causa lagi ngobrol sama Ewin atau Stefi haha.

Tiba-tiba, semua terdiam pas dr Dean nanya, kalau kamu jadi dokternya, kamu bakal ngapain?

Setelah deg-degan ga tau mesti jawab apa karena ga tau pertanyaan lengkapnya dan ga bisa nanya ke yang lain karena mendadak tutor relatif sepi dan kayanya semua sibuk mikirin jawaban juga, saya perhatiin aja, saya simpulkan seperti ini pertanyaannya. Ceritanya, kamu dokter dengan gaji tidak seberapa (tau sendiri uang suka macet), datang pasien yang memiliki jamkesmas, menolak untuk dirujuk dengan alasan ga ada transportasi. Nah, dalam kedaan kaya gini, apa yang akan kamu lakukan?

Kalau punya jamkesmas, berarti harusnya dia orang ga mampu.

Hayoloh mau ngapain…

Siapa tau sebentar lagi ngalamin.

Bingung kan?

Pendapat anak-anak semuanya sih standar. Yah saya juga. Haha. Mana tau pertanyannya. Tipikal jawaban normatif gitu deh.

Lalu dr Dean mengemukakan pendapat beliau. Yang bikin saya inget artikel parody yang beberapa waktu lalu saya reblog dari tumblrnya @kuntawiaji.

Itu semua bermula dari dari pikiran. Ibaratnya nih, kita baik hati nganterin pake dana pribadi ke tempat rujukan, lalu di kasih obat, belum tentu obatnya dimakan. Bayangin aja, biaya kesehatnnya udah gratis, pengen juga biaya transportasinya gratis, nanti pengen juga obatnya gratis. Pas udah ada obatnya, ga dimakan. Alasannya, buat makan sehari-hari aja susah, gimana mau makan obat. Istilahnya, tidak ada daya upaya sama sekali gitu. Kombinasi miskin dan sombong. Udah dikasih hati minta jantung.

Benarkah?

Bisa iya, bisa tidak.

Yang jelas, sudut pandang ini bikin saya mikir.

Yang namanya kesehatan itu, tidak bisa berdiri sendiri. Ia berdampingan dengan ekonomi. Pun berikatan erat dengan pendidikan. Ga bisa cuma ngebangun satu hal, dengan mengenyampingkan yang lainnya.

Lingkaran setan.

Kemiskinan itu dekat dengan kebodohan. Dan kebodohan yang bercokol, tidak akan meningkatkan taraf ekonomi. Lalu mudah sakit. Butuh uang, tapi ga punya. Lalu karena katanya setiap orang punya hak, ceritanya menuntut haknya untuk sehat. Tapi ternyata gaya hidupnya tidak sehat. Separuh penghasilannya habis untuk dibakar. Ceritanya bisa panjang sih ini.

***

Bukan tentang salah siapa, tanggung jawab siapa. Jangan biarkan hanya jari telunjuk kita yang bekerja *nunjuk-nunjuk doang*

Berat? Ya.

Berat kalau cuma dipikirin sendiri, kerja sendiri.

Makanya ada yang namanya tim. Saya, kamu, kita semua.

 

Dan setelah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada Allah…

Jujur


Teringat kisah mengenai seorang sahabat yang saat menjelang perang, mengazamkan diri bahwa beliau akan syahid dengan cara tertusuk di lehernya. Beliau menegaskan kalimatnya dengan menunjuk sebuah titik di lehernya. Lalu Rasulullah bersabda, bahwa jika ia jujur kepada Allah swt., maka apa yang ia katakan akan menjadi kenyataan. Ternyata, setelah perang berlangsung, sahabat Rasulullah tersebut ditemukan dalam keadaan persis sesuai dengan janjinya. Masya Allah.

***

Sangat tidak sepadan rasanya membandingkan kisah seorang sahabat tadi. Akan tetapi, bukankan perbuatan kecil bisa menjadi besar disebabkan niat? Pun sebaliknya, perbuatan besar bisa menjadi kecil disebabkan niat pula. Maka, mari kita niatkan semua yang kita lakukan hanya karena Allah. Insyaallah sekecil apapun kelihatannya, akan menjadi besar di mata Allah.

Katanya sih ujian keteguhan hati. Udah jujur belum sama Allah?

Pengen jadi dokter. Pengen banget ngerjain suatu topik skripsi. Pengen jadi orang amanah. Itu pengennya jujur? Yakin?

Tapi kok ngebiarain rasa malas bermetastasis? Males yang paling malignant yang pernah saya rasain. :_ Astaghfirullah.

Ujian keteguhan hati. Apa benar saya sudah jujur sama Allah?

Seperti sahabat tadi.

Dan kalau semua terasa makin berat, solusinya sederhana sih. Mendekat ke Allah sedekat-dekatnya.

Mau bergantung sama siapa lagi kalau bukan sama Allah?

SJ


Tadi sore pelantikan PH dan Hima PSSK FK Unpad. Finally, setelah (kurang lebih) 9 jam wawancara dan 17 jam staffing. Alhamdulillah pelantikan juga. Hehe. Deg degan? Iya. Tegang? Iya. Meski pernah ngalamin tahun lalu, ternyata rasanya beda. Kenapa ya? Orang-orangnya beda. Suasananya beda. Strukturnya beda. Ternyata banyak banget ya “rasa” di kemahasiswaan. Alhamdulillah.

***

Relativitas waktu.

Berasa baru kemarin dilantik jadi staff. Tiba-tiba udah punya “anak”. Tiba-tiba sekarang udah punya “cucu”.

Berapa banyak amanah yang terlalaikan? Berapa banyak janji yang diingkari? Berapa banyak hak yang terabaikan? Berapa banyak yang sudah saya lakukan? Astaghfirullah. :_( Sungguh saya ini hanya makhluk yang lemah. Tiada daya dan upaya tanpa-Mu, ya Rabb.

***

Rencananya saya mau ngemail ke beberapa orang. Tapi ga tahan ngepoin twitter #tim15+hima. Hehe. Lagi pada seneng dapet “anak” dan “cucu”. Jadi, saya putuskan untuk menulis, sekalin juga bayar “utang” ke seseorang.

Tahun ini jumlah total (sementara, karena PH rencananya akan oprec lagi buat kebidanan)  PH 97 orang dan Hima 31 orang. Banyak ya? 

Berkah? Atau musibah? Yang jelas, saya hanya ingin menjadi golongan orang-orang yang berbaik sangka pada-Mu, Ya Allah. 

Sambil ikhtiar optimal.

Sambil berdoa dengan doa terbaik.

Sambil tawakkal dengan sebenar-benarnya tawakkal.

Sambil terus meluruskan niat.

Semoga setahun ke depan bisa amanah.

Semoga setahun ke depan bisa signifikan.

Stabilisasi Kema FK Unpad, SDM terkembangkan, dan administrasi makin rapi.

Regenerasi. Inget QS An Nisa 9. *lirik amanah lain*

Banyak PR. Banyaaaak banget. :’) insyaallah diberesin satu-satu yaaa.

Buat partner2 saya yang hebat. Hafdzi, Zahra, Nuni, Citra, Dudu, Devi, Rafli, Okky, Mahes, Widuri, Gita, Icung, Gembong, Lele. Mari kita husnul khatimah. Jalan masih panjang, tapi pasti ga kerasa deh. 🙂 Semangat!

Buat temen2 hima, dpm, dan ukm juga. Mohon kerjasamanya ya semuanya. Saling mengingatkan kalo ada salah-salah. Mari saling melengkapi dalam berkontribusi 🙂

({})

Islamedia – Media Informasi Islami: Setan, Si Raja PHP


Islamedia – Media Informasi Islami: Setan, Si Raja PHP.

Nah, agar tidak terkena tipuan harapan palsu-nya setan, kita harus tahu bagaimana setan beroperasi menebar harapan palus nya.

Perhatikan surat Al-A’raf ayat 17 di atas. Dari ayat tersebut, dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan ada 4 cara setan menebar harapan palsu.

1. Min baini aidihim. Setan datang langsung di hadapan kita. Maksudnya setan membuat manusia ragu akan permasalahan akhirat. Karena sesungguhnya yang ada di depan kita adalah hari akhir.

Setan menabur harapan palsu pada manusia dengan kata-kata, “Nyantai aja men, neraka dan adzab kubur itu hoax. Lu boleh berbuat sesuka lu di dunia ini. Hidup itu cuma sekali, men. Jangan sampe sia-sia lu capek-capek sholat, puasa, buat ngejer akherat, padahal yang dikejer itu gak ada sama sekali.” Begitulah godaannya sehingga manusia menyangka dan berharap bisa melakukan apa saja tanpa ada balasannya di akhirat. Namun manusia salah.

2. Wa min kholfihim. Dari belakang. Lawan dari akhirat (depan) tentu saja dunia. Maka setan membuat manusia mencintai dunia. Cinta pada dunia inilah yang membuat mental umat muslim menjadi terpuruk.
Setan memberikan harapan palsu pada manusia: “Bro, lu ga perlu lah sedekah sedekah segala. Mending uangnya lu invest di deposito. Lebih bermanfaat buat lu bro. Orang-orang itu miskin karena males. Lu gak seperti mereka. Lu orangnya rajin dan smart mengelola uang. Udah, ga usah sedekah. Kalo ga buat beli gadget baru, mending dikelola maen saham.”

Akhirnya manusia tenggelam dalam cinta dunia dan enggan beramal sholih.

3. Wa ‘an aimaanihim. Dari kanan. Maksudnya setan akan membisiki manusia dengan cara mengaburkan urusan agamanya. Di sinilah peran kelompok penyesat seperti misionaris, aliran-aliran sesat dan JIL.
Setan memberi harapan palsu pada manusia berupa: “Girl, lu yakin berjilbab? Sayang rambut bagus lu, lho. Yang diperluin itu jilbab hati. Hati lu udah dijilbabin belum? Yang penting itu tingkah laku lu dijilbabin dari kelakuan-kelakuan jelek. Ga perlu lah kain yang menutupi rambut indah lu. Bukan itu tujuan beragama.”

Godaan lain misalnya: “Cuy, lu ga perlu sholat kalu kelakuan lu udah baek. Kalo lu udah menghindari perbuatan keji dan munkar, itu udah cukup. Sholat kan tujuannya itu. Udah lah cuy, lu udah baek kok. Ga perlu sholat. Beneran.”

Dan manusia pun tersesat fikirannya karena godaan setan. Itulah perlunya ilmu agama agar bisa menangkal tipuan-tipuan seperti ini.

4. Wa ‘an syama’ilihim. Dari kiri. Setan membuat manusia gandrung pada kemaksiatan. Dari sisi ini benar-benar full harapan palsu. Manusia pada dasarnya memang menyukai hal yang menyenangkan. Dan setan membungkus maksiat itu sehingga terlihat menyenangkan.

Setan menggoda manusia: “Gak apa lah bray maen judi. Toh cuma sedikit ini. Bisa tobat lah entaran. Yang penting sekarang mah gaul ama temen-temen. Kalo menang lu mayan buat foya-foya. Udah nyantai aja ga usah pikirin dosa. Tuhan juga ngerti.”

Itulah berbagai tipuan indah setan. Berbagai jalan ia masuki untuk meniupkan harapan indah pada manusia.


Ketika pohon terakhir ditebang,

Ketika sungai terakhir dikosongkan,

Ketika ikan terakhir ditangkap,

Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang.

— Sebuah rambu di Bhutan

Bhutan, salah satu negara paling bahagia. Unik. Bukan dengan GDP, tapi dengan Kebahagiaan Nasioanal Bruto-nya. *emang kebahagiaan bisa dikalkulasikan? Kaebanyan orang nanya itu*

Unik, saat lampu lalu lintas ditiadakan karena masyarakat lebih menginginkan polisi untuk mengatur lalu lintasnya.

Yah, unik 🙂

Kata Leo Tolstoy sih, “All happy families resemble one another, each unhappy family is unhappy in its own way. ”

Tapi nampaknya, setiap orang pun bahagia dengan caranya masing-masing.

Pertanyannya: kebahagian semu atau sejati? 🙂