Manusia itu pelupa. Iya. Makanya harus saling mengingatkan, dalam kebaikan dan kesabaran.
Tadi pagi pas nunggu giliran, Teh Ayu yang duduk di sebelah saya berseloroh, “Ustadz, kenapa ya lebih enak muraja’ah dibandingkan dengan tilawah.”
“Ini nih, penyakitnya para penghapal,” kata ustadz.
Waduh, gitu ya, fenomenanya?
Ga boleh kaya gitu. Semua harus seimbang. Tawazun. Tilawah iya, ziyadah iya, muraja’ah juga iya. Kalau meninggalkan tilawah, akan sulit menghapal karena lidahnya ga akrab. Idealnya, nanti kalau sudah hapal 30 juz, tilawah itu sekali duduk (ulangi, sekali duduk) 3 juz, murajaah 3 juz. Jadi dalam seminggu khatam, sebulan minimal khatam 4 kali, jadi terjaga.
“Ga boleh dibagi-bagi ya, ustadz?” Hehe
Yah, itu kan idealnya, kalau nanti sudah hapal 30 juz. makanya sekarang dibiasakan.
Muraja’ah pas QL, tilawah minimal lebihkan dari 1 juz meski hanya 1 halaman. pokonya lebihkan, supaya ada bedanya. yang pasti, ziyadahnya juga.
Kebiasaan ini harus dipupuk. supaya tertanam kuat. kalau mendadak disuruh setoran, kan insyaallah siap setiap saat. yah, bukan karena disuruh setoran juga sih. hehe.
Dan, kalau tilawah menipis demi muraja’ah, berarti itu hanya sekedar menghapal, belum benar-benar menikmati inteaksi dengan Al Quran.
Yap. Nikmati 🙂 dan tawazun. Bismillah.