Cina, India, dan AFTA


“Ya, mosi yang temen-temen dapet di FGD ini adalah tentang AFTA.”
JEDER!

Itu, kata Teh Ifah —meskipun mungkin redaksinya ga persis sama, intinya sih kaya gitu— kepada kami, kelompok lima yang hanya hadir empat orang dari enam, hari Ahad, 27 September 2009 sekitar pukul 11.30 kurang beberapa menit di depan perpustakaan Fakultas Hukum Unpad. Suasananya enak banget. Cerah, sangat cerah cenderung panas, tapi karena banyak pohon dan teduh, jadi ga begitu kerasa panasnya. Adem banget. Tapi, AFTA??? Tolong!

Sekadar informasi, seumur hidup saya, cerita yang pernah saya denger tentang AFTA adalah dari Teh Moi pas lagi coaching semasa saya SMA dulu. Itu juga ga detail. Cuma inget bagian,

“…Apalagi sekarang ini, udah deket banget sama AFTA. Dokter-dokter dari India itu ga minta gaji yang tinggi-tinggi, biasa-biasa aja, standar, hanya minta tempat aja. Nah, yang jadi masalah, nanti dokter-dokter kita praktek dimana kalo tempatnya pada diambil sama dokter dari luar? Apalagi nanti tuh pake rasio gitu. Dalam satu wilayah, hanya boleh ada maksimal 100 dokter, tapi 100 dokter ini bias dokter dari mana aja. Jadi persaingannya juga semakin ketat.
“Trus gimana dong, Teh? Nanti aku gimana? 2010 kan bentar lagi?” tetep, obsesi jadi dokter. *haha. Curcol.
“Makanya, kita harus terus ningkatin kualitas. Bahasa Inggris penting banget. Ada satu hal lagi, kita juga jangan lupa, bukan cuma mereka yang bebas praktek disini, kita juga bisa praktek disana…”

And so on, and so on. Kayanya percakapannya ga persis kaya gini, udah lupa-lupa juga soalnya. Yang tadi tuh cuma ingatan-ingatan sepintas dari obrolan kami. Yang anehnya, ga bikin aku nyari tahu lebih banyak tentang AFTA. Hanya menerima sebatas itu. Penasaran sih, tapi, ya udah. Terhenti sampe disitu. Ga berusaha nyari sebanyak-banyaknya. Bahkan kepanjangan AFTA tuh baru aku tahu kemudian.

OK OK. Mungkin ada yang penasaran. Naon ujug-ujug ngomongkeun AFTA? AFTA mah nu perdagangan bebas tea lain? Naha nyambung ka dokter?

Flashback dulu bentar. Jadi FGD ini merupakan rangkaian dari alurnya PKPM (Pelatihan Kepemimpinan dan Profesionalisme Mahasiswa). Kalo pas SMA, PKPM ini sejenis LKS. Tanggal 10 September kemarin adalah hari terakhir ngumpulin formulir pendaftaran. Lalu pada tanggal 23 September saya dapet SMS dari Teh Saga yang isinya,

Ca-PKPM 09
Selamat kamu lolos seleksi tahap pertama PKPM 2009, tuk selanjutnya kami tunggu di FGD!!!!
Minggu, 2709’09 j 10-14.30nwib di Tmn PAAP, tuk pembagian group nmosi dpt dilihat di group fb: KELUARGA MATAHARI ato search annisa nugraha dan buka notesny
Harap dtg memakai kemeja n bersepatu.

Ga langsung buka notesnya kalo ga salah, padahal FGD aja ga tau apaan. Sehari kemudian, saya baca notes itu. Ternyata FGD adalah singkatan dari Forum Group Discussion. Ada 5 mosi,
1. Pencetakan uang Rp 2000,- oleh negara dilakukan untuk menanggulangi inflasi di Indonesia.
2. Perdangangan bebas AFTA India/Cina 2010 adalah salah satu bentuk monopoli negara maju terhadap negara berkembang.
3. Kemiskinan identik dengan kebodohan dan kemiskinan identik dengan lingkungan kumuh yang sakit-sakitan.
4. Konsentrasi terhadap akademis dan organisasi di dalam diri mahasiswa tidak mungkin dapat berjalan sinergis.
5. Perda larangan pemberian sedekah haruslah mendapat dukung karena didasari tujuan untuk mencegah bertambahnya pengemis dan peminta-minta.

Jeng jeng! Yang paling ga kebayang, yang pasti tentang inflasi dan AFTA. Akhirnya saya googling. Tapi tetep aja belum merasuk ke jiwa. Jadi ngertinya tuh cuma “ngerti, trus kenapa?”, belum ngerti sampe paham banget merasuk jiwa dan bias ngejelasin ke orang lain dengan sangat expert. Pas hari Ahad, datanglah saya dengan modal seadanya. Bertumpu sama satu artikel yang saya temukan setelah googling, tapi isinya lumayan oke, dibandingin artikel lainnya.
Kucluk kucluk. Ketemu Inna, Rahma, dan Sasa. Ngobrol dulu di saung. Pas udah jam11, langsung ke tempat yang dituju. Nunggu bentar sambil ngobrol-ngobrol bareng yang lain. Mulainya ngaret. Jam 11.30 kurang. Lalu, terjadilah.

“Ya, mosi yang temen-temen dapet di FGD ini adalah tentang AFTA.”
JEDER!

Emang, biasanya kalo ga pengen banget sesuatu, pasti dapetnya yang ga pengen banget itu. Serasa flashback ke ujian praktek Biologi. GA MAU BANGET JAMUR. Pas dikocok, jadilah dapet yang jamur. Okey banget. Ya. Cukup. Kembali ke topic.

Setelah tau dapet AFTA, ya udah, mau gimana lagi, berpikiran positif aja. Aku kan ga mau AFTA karena ga tau dan ga ngerti banget tentang AFTA, jadi emang Allah menakdirkan ini terjadi biar pengetahuan aku bertambah. Amin. *Padahal sebenernya deg-degan banget.

Lalu kami, kelompok 5, dikasih sebuah artikel tentang AFTA, biar agak kebayang-bayang dikit. Ini dia kertasnya. SUPER JENG JENG. Sama banget sama artikel yang aku baca di rumah. Inget banget soalnya judulnya tuh bla-bla-lonceng-kematian-?, mana mungkin lupa? Jadi intinya, saat aku duduk di sana, posisi aku 0 besar. Kebayang ga? Sesuatu yang aku anggapmodal, tiba-tiba semuanya tahu tentang yang aku tau dan aku ga tau apa-apa lagi selain itu. Astaghfirullah. AAAAA. Tenang. Saya berdoa dalam hati dan meluruskan niat lagi. Bismillah. Yah, saya mah niatin aja ini teh untuk ibadah dan minimal setelah 1 jam di sini, pengetahuan aku nambah, jadi ga nyia-nyiain waktu.

Suka banget pas Teh Nurul bilang, “Yang penting tuh bukan obrolan kita disini sekarang, tapi, apa yang kita lakuin setelah ini, setelah forum ini berakhir.” Iya baget! Jadi semangat buat nyari-nyari info deh! Cihuy banget.

Tau ga, sampe ngomongin manufaktur-manufaktur apalah itu ga ngerti. BLANK. Sedih. Aku bahkan ga tau gimana keadaan yang sebenernya tentang perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia. Mau apa? Pengen nangis.

Di akhir FGD, kita tuh nyimpulin kalo kita optimis menghadapi AFTA. Ada beberapa hal yang aku suka banget. Pertama, waktu Teh Nurul bilang, “Inget, AFTA ini, bukan cuma Cina dan India yang bias ke sini, kita juga bias ke sana.” TING banget pas Teh Nurul bilang gitu. Soalnya, dari awal, kami emang lebih fokus ke keadaan di Indonesianya sendiri. Gimana kita bias struggle di dalem. Pas Teh Nurul bilang gitu, jadi serasa diingetin. Nah, yang selanjutnya, Inna nanggepin kata-kata Teh Nurul tadi, jadi berdasarkan info dari sepupunya yang pernah ke India dan Cina, ternyata, banyak loh, produk-produk Indonesia di sana. Baru tahu aku. Apa lagi ya? Banyak da.

Terus, aku baru denger kata “assembling” dari Alys. Parah parah. Kemana aja? Dasar autis, asyik dengan dunianya sendiri. Kaciri ga bisaeun bahasa Inggris.

Selesai FGD, langsung lah berkobar pisan pengen tau tentang AFTA dan kondisi, posisis real Indonesia ini gimana. Aku kan udah bilang optimis sama AFTA ini. Tapi sama aja bohong kalo optimis tanpa tau apa yang sebenernya terjadi dan kalo ga tau apa yang sebenernya terjadi juga mau bertindak apa? SEMANGKA! (SEMANGAT KAWAN!) Kobaran semangat ini nih, yang pengen aku ciptain. Kerasa hidup. Alhamdulillah banget bisa lolos seleksi tahap awal, semoga bisa sampe akhir. Konsekuensinya, aku ga boleh nyia-nyiain kesempatan, karena ga semua orang seberuntung aku, bisa ada di sini. Ta’aruf sam AFTA dan inflasi dulu ah! 😉

Idealis Penyelaras


Tipe Idealis Penyelaras dikenali dari kepribadiannya yang kompleks dan memiliki begitu banyak pemikiran dan perasaan. Mereka orang-orang yang pada dasarnya bersifat hangat dan penuh pengertian. Tipe Idealis Penyelaras berharap banyak pada diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka memiliki pemahaman yang kuat tentang sifat-sifat manusia dan seringnya menilai karakter dengan sangat baik. Namun mereka lebih sering menyimpan perasaan dan hanya mencurahkan pemikiran serta perasaan mereka kepada sedikit orang yang mereka percaya. Mereka sangat terluka jika ditolak atau dikritik. Tipe Idealis Penyelaras menganggap konflik sebagai situasi yang tidak menyenangkan dan lebih menyukai hubungan harmonis. Namun demikian, jika pencapaian sebuah target tertentu sangat penting bagi mereka, mereka dapat dengan berani mengerahkan seluruh tekad mereka hingga cenderung keras kepala.

Tipe Idealis Penyelaras memiliki fantasi yang hidup, intuisi yang nyaris seperti mampu membaca masa depan, dan seringkali sangat kreatif. Begitu berkutat dengan sebuah proyek, mereka melakukan segala daya upaya untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering membuktikan diri sebagai pemecah masalah ulung. Mereka suka mendalami hingga ke akar permasalahan dan memiliki sifat ingin tahu alamiah serta haus akan pengetahuan. Pada saat bersamaan, mereka berorientasi praktis, terorganisir dengan baik, dan siap menangani situasi-situasi rumit dengan cara terstruktur dan pertimbangan matang. Ketika mereka berkonsentrasi pada sesuatu, mereka melakukannya dengan seratus persen – mereka sering begitu terbenam dalam sebuah pekerjaan sehingga melupakan hal lain di sekitar mereka. Itulah rahasia kesuksesan profesional mereka yang seringkali gilang gemilang.

Sebagai pasangan, tipe Idealis Penyelaras setia dan dapat diandalkan; hubungan permanen sangat penting bagi mereka. Mereka jarang jatuh cinta hingga mabuk kepayang dan juga tidak menyukai hubungan-hubungan asmara singkat. Kadang-kadang mereka sulit menunjukkan rasa sayang mereka dengan jelas sekalipun perasaan mereka dalam dan tulus. Dalam hal lingkaran pertemanan, semboyan mereka adalah: sedikit berarti lebih banyak! Sejauh menyangkut kenalan baru, mereka hanya dapat didekati hingga jarak tertentu; mereka lebih suka mencurahkan tenaga ke dalam pertemanan akrab yang jumlahnya sedikit. Tuntutan mereka kepada teman dan pasangan mereka sangat tinggi. Karena mereka tidak menyukai konflik, mereka akan diam sejenak sebelum menyuarakan masalah-masalah yang tidak memuaskan dan, ketika melakukannya, mereka berusaha sangat keras untuk tidak menyakiti siapa pun karenanya.

Sifat-sifat yang menggambarkan tipe ini: introvert, teoritis, emosional, penuh perencanaan, idealis, mencari keharmonisan, pengertian, mencintai kedamaian, peka, tidak banyak bicara, simpatik, mengikuti kata hati, penuh tekad, rumit, tidak mudah terbaca, ramah, kompleks, imajinatif, memberi inspirasi, suka menolong, menuntut, komunikatif, tertutup, mudah tersinggung.

Alasan


Aku adalah api
Merah, berkobar
**
Sekarang, nyalaku tak terlihat
Padamkah?
Karena hembusan angin di sekitarku, kah?
**
Tidak
Sama sekali tidak padam
Aku hanya meredup
Menjadi bara kecil
Ini semua karena hembusan angin yang semakin kuat
**
Tapi, apakah ini sebuah alasan?
Ketika api lainnya di sekelilingku
Sama sekali tidak menyerah
**
Angin kah alasannya?

#1: 6 Hal tentang Manusia


Ahad 060909 6.15 @ kamar

Waktu itu, sebelum saya jadi mahasiswa dan bukan siswa alias masa-masa penangguran tanpa status, tepatnya hari Ahad tanggal 2 Agustus 2009 —eh, udah pengumuman deng— saya dan teman-teman pergi ke Unpad Jatinangor untuk coaching sama Teh Moi. Kenapa sih, harus tanggal 2? Kenapa ga tanggal 3 aja atau 4? Soalnya, tanggal 4nya, Nita harus udah berangkat ke Palembang. Asalnya mau di rumah Nita aja tanggal 3, tapi Teh Moinya ada LKMM dari tanggal 3-10, kalo ga salah. Ya sudah, akhirnya diputuskanlah kita coaching hari itu, janjian di Pangkalan Bis Damri Jatinangor jam12. Waktu itu, yang jadi hadir teh 5 orang, Pusfa, Nita, Canus, Camar, dan Azra, yang lainnya pada berhalangan, ada yang sakit, ada yang harus jaga rumah, dll.. Tapi ga apa-apa. Dari Pangkalan kami melanjutkan perjalanan ke Bale. Akhirnya, sampailah kami semua di Bale Padjadjaran (asramanya anak FK Unpad). Enakeun yaa. Kaya bukan asrama. Okey banget lah. Jadi pengen. Hehe. Ya. Cukup. Cukup.

Pas coaching rame pisan lah. Cerita-cerita pengalaman pas pengumuman kemaren. Kan, ga semua keterima di pilihan pertama. Tapi, subhanallah, insyaallah inilah yang terbaik dari Allah. Ga ada yang perlu disesali.  Terus kita teh dikasih tau sama Teh Moi tentang

6 KEBUTUHAN MANUSIA.

Jadi, menurut Anthony Robbins, manusia teh punya 6 kebutuhan. Apa aja, sih?
1. Kepastian.
Manusia butuh banget kepastian, besok bias makan ga, ada ga baju untuk dipake besok, ada ga rumah untuk berteduh malam ini, dll..
2. Ketidakpastian.
Tetapi, manusia juga butuh kepastian. Soalnya, kalo terlalu pasti juga jadinya stress. Pokonya, jam11.07 aku harus makan gorengan dari kantin yang harganya 500. Stress kan, kalo sampe ke menit-menitnya kita jadwalin dan harus dilaksananin? Jadwal juga penting, tapi fleksibel aja. Kan kita butuh ketidakpastian tadi.
3. Keunikan.
Pasti di lubuk hati kita yang terdalam, kita ga mau disama-samain sama orang lain. Kalo yang baik sih ga apa-apa, tapi kalo kejelekan kan males juga. Pasti ada hasrat terpendam untuk memunculkan kekhasan diri yang cuma kita aja yang punya.
4. Hubungan, cinta (keterikatan).
Manusia ga bisa hidup sendiri, pasti butuh orang lain. Pada pernah ga sih, merasa sendiri di keramaian? Nah, itulah. Meskipun keliatannya lagi jalan bareng-bareng sama temen (yang bukan temen deket) tapi rasanya kaya lagi sendiri. Ga enak banget nih, kaya gini. Makanya kualitas hubungannya juga penting. Intinya sih, buatlah komunitas yang kita ngerasa nyaman di situ. Dream team. Temen-temen sevisi yang saling menguatkan langkah, yang ngerangkul kita disaat kita tenggelam. Disitulah ada keterikatan.
5. Tumbuh dan berkembang.
Kalo kehidupan diibaratin games, kita itu lagi melangkah dari satu level, ke level yang lebih tinggi. Makin naik levelnya, makin tinggi kesulitannya, seru tantangnnya. Nah, kalo kita naik level tapi kita ga meningkatkan skill, pasti game over atau ga, bisa juga ngulang level. Kalo ngerasa hidup udah biasa-biasa aja ga ada tantangan, atau ngerasa Kok diuji teh sama ini lagi ini lagi. Ieu deui. Ieu deui. Bosen. (Euleuh) Mungkin sebenernya, kita belum lulus di level itu. Mungkin ada esensi yang belum kita ambil. Wallahu alam. Jadi, manusia butuh berkembang. Kata Aa Gym, ilmu itu pupuk iman.
6. Kontribusi.
Ketika kita memberi, kita akan menerima lebih banyak. Berkontribusilah!

Nah, uniknya tuh gini. Ketika kita fokus ke point 5 dan 6, kita tuh ga akan terlalu memedulikan point 1 sampe 4. Kebayang? Hati jadi lebih tenang. Soalnya kalo hanya mikirin yang 1-4, pasti ga ada abisnya. Udah 1 terpenuhi, muncul lagi, muncul lagi. Cape kan? Adaaa aja yang rasanya kurang, salah, ga bener. Ga enak. Iya, kan?
Jadi, hayu ah, mulai sekarang mah, kita fokus ke pengembangan diri dan kontribusi! Untuk Allah, bangsa, dan almamater!
Bismillah.