Skenario


Selasa, 23 September 2014

Saya, Nuni, dan Nur. Sejak pekan kemarin sudah saling menanyakan perihal jadwal pasca jam kerja terkait dengan niatan kami untuk menonton Kenshin di PVJ. Sudah lama sekali tidak berkumpul bertiga. Sejak hari Ahad, jadwal hari ini sudah terkonfirmasi, insyaallah jadi. Tapi, di pagi hari, Nur menyampaikan berita sedih. Beliau ada bimbingan bersama residen bedah setelah 3 minggu ini belum bimbingan sama sekali. Oleh karena itu, mungkin akan memakan waktu yang lama dan akan melebihi waktu yang sudah kami sepakati, pukul 16.30. Bahkan pukul 19.00 pun masih meragukan. Akhirnya dengan berat hati, kami memutuskan untuk menunda jadwal hari ini. “Selasa depan, bagaimana?” tambah Nur.

Sore hari. Pukul 16.00, saya, Nuni, dan sepupu saya makan di Karnivor. Setelah itu, entah berawal dari mana, kami memutuskan untuk membeli es krim ke PVJ. Di tengah jalan, ide untuk menonton pun terlontar. Teringat dengan Nur, saya dan Nuni merasa kurang enak. Lalu dengan cepat kami berkesimpulan bahwa hal ini bukan masalah, karena masih ada Doraemon di bulan Desember nanti. Kami pun akhirnya jadi menonton Kenshin di hari itu. Di perjalanan, kami sempat berseloroh, jika nanti bertemu Nur, maka itu sungguh hebat.

***

Filmnya sangat bagus. Saya tidak merasa rugi. Dan memang semua biaya ditanggung sepupu saya. Terima kasih, sebelumnya. Dan seperti biasa, ritual selesai menonton adalah ke wc. Saat sedang mengantri, Nuni memanggil saya dan memberitahukan dengan bahasa tubuh bahwa Nur ada di sampingnya. Saya memberikan isyarat balik untuk segera memalingkan tubuh. Jika saat itu kami tidak ketahuan (maksudnya, Nur tidak menyadari kejadiran kami) maka itu sungguh hebat. Selama mengantri, saya sangat berdebar-debar. Juga untuk sesaat terselip perasaan tidak enak karena telah meninggalkan Nur. Selesai membereskan urusan di wc, Nuni memberitahu saya bahwa Nur sudah tidak ada di wc. Dan nampaknya Nir tidak sadar. Dan ini benar-benar hebat.

Keluar dari wc, saya dan Nuni mencari-cari Nur. Tapi batang hidung Nur tidak terlihat. Kami pun memutuskan untuk menuruni elevator. Saat turun, terlihat wajah Nur. Saya dan Nuni dalam posisi tidak terlindung. Sekali lagi, hal hebat terjadi, Nur tidak sadar!
Sesampainya di bawah, saya dan Nuni mengendap-endap untuk mengagetkan Nur. Lalu terjadilah kehebohan.

“Aaaaaaaa kalian juga nontoooon.” seru Nur
“Hahahaha kita saling berkhianat.” saya menambahkan
“Tenang-tenang, masih ada Doraemon.” kata Nur

Saya dan Nuni berpandangan, teringat skenario asal-asalan yang kami obrolkan di perjalanan.

***

Lalu sejenak terjadi huru-hara di pojokan elevator sebelum akhirnya kami berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.

***

Huah. Capek cerita pake bahasa formal. Hahaha. Sampe sekarang saya amazing banget sama kejadian kemarin. Amazing, ada ya orang yang jalan pikirannya mirip banget. Dan pertemuan sepersekian jam yang sangat worthed. Terima kasih untuk kemarin. Jadinya kita tetep keitung nonton bareng. Cuma beda tempat duduk aja. Hahaha.

image

Meninggal


Hari ini saya bertemu Ibet yang sedang stase forensik. Lalu beliau cerita. Dalam 5 hari ini, sudah autopsi 12 mayat + 2 doa (dead on arrival). Keadaan korban macem-macem. Ga usah saya ceritain detail disini. Dan dari semuanya itu, pasti hadir yang namanya panggilan. On call namanya juga. Kehidupan ga tenang. Tidur ga nyenyak. Liat hp tiap jam, ada panggilan ga ya? Sampe mandi juga bawa hp. Diplastikin lalu digantung di kamar mandi. Setiap saat bawa tas yang udah penuh dengan persenjataan (jas lab, baju jaga, dan alat alat lainnya). Karena yang namanya on call, ga tau kan, kapan ditelpon. Bisa lagi leha-leha, bisa pas lagi nungguin.

Terus, Ibet bilang…

Kalau meninggal gitu juga kan? Kita ga akan pernah tahu dipanggil kapan. Dalam keadaan apa. Apa tas udah siap dengan semua perbekalan. Kita ga akan pernah tau.
Iya.

Iya.

Astaghfirullah.

Makasih, udah ngasih tausyiah ini, Bet :’)

Adik saya sekolah asrama


“Mah, masak ayam?” “Iya, buat Mugni.”
“Ini buat dianterin ke Mugni.” Sambil ngedorong 1 trolley penuh berisi snack.
“Pulsa HP Mugni baru mamah isi kemarin, soalnya Mugni mau pulang.”
***
“Kayanya semua sekarang buat Mugni, ya. Hehe.” Kata mamah.
Saya cuma senyum. Sambil protes dikit, buat teteh juga dong, mah… hehe.
***
Iya. Kadang sampe Fuji protes, katanya waktu dia SMP di boarding school nggak segininya.
Mamah punya alasan sendiri. Sambil ketawa sumringah, mamah bilang, katanya beliau lagi ngolo (ngebujuk) mugni biar betah di asrama. Sekarang udah banyaaaaak banget perubahannya. Udah ga rewel sih, yang paling kerasa. Faktor anak bungsu dan pria satu-satunya mungkin ya.
Pas awal-awal kan, mos aja cuma ikut sehari, sisanya sakit, jadi pulang. Setiap dijenguk, pulangya sms, katanya ada yang kurang. Semua alasan dicari.

Haha. Jadi inget. Kan anak baru digundulin tuh semuanya. Adik saya ini paling anti dicukur, apalagi dibotakin. Lalu suatu hari papah nengok. Katanya papah nyari nyari mugni. “Papah ih aku di depan papah” haha papah pangling sampe ga ngenalin.

Lalu yang lucu lagi, kan anak-anak suka kangen sama orang tuanya. Ber4 ngedatengin ustadz buat minjem hp, mau nelpon. Giliran. Kan kangen tuh. Jadi nelpon sambil nangis. Temen2nya yang lain ngetawain. Tapi pas giliran dia nelpon, dia juga nangis. Dan gilirannya pula ditertawakan. Haha cageur.

Nah, kata mamah sekarang kalau mugni nelpon, suaranya ceria. Ga nangis lagi. Hehe. Oh ya, untuk pertama kalinya juga dia ikutan QL pas 10 hari terakhir kemarin di habin, meski hanya 2 rakaat. Tau lah ya sepanjang apa. Biasanya kan dia tidur. Kalau shalat juga udah sadar sendiri. Alhamdulillah.

Dasar bocah satu itu. Bikin kangen. Meski kalau ada, sering nyebelin ganggu-ganggu hehe. Tapi pas ga ada, rumah sepi.

Kapan-kapan teteh jenguk ya, de. 🙂