Berat


Mugni: Mah, aku ditawarin sama papah. Bebas mau beli hape atau modem, pokonya bebas. Tapi syaratnya berat, mah.
Saya: Emang syaratnya apa?
Mugni: Kata papah, harus hapal juz 30 dan 29.
Saya: (pantesan akhir-akhir ini rajin bawa-bawa mushaf. lebih sering daripada biasanya. Ada tambahan motivasi ternyata. Meski kata si ade “berat”) *semangat de!*

D4 Respi dan Teh Tawar Panas


Kemarin, setelah lab act terakhir di respiratory system, mendadak anak-anak ngajakin makan tutor, dengan wacana, ditraktir sama yang ulang tahun selama respi ini. Yang lain asik saling ledek, tapi saya cuma bisa diam. Takut salah ngomong. haha. Dan jadilah, setelah menyelesaikan beberapa urusan, kita ketemu di Gokana Jatos. Sayangnya, kita ga full team, ga ada novra, bang adi, dan yaya. Ya sudah, daripada berlama-lama, mulai pesen makanan. Hamdalah becandaan di lab act ga terjadi. Jadinya bayar masing-masing. Lagian kan ga bilang-bilang, jadi ga nyiapain budget. Liat menu. Semuanya terlihat enak. Tapi berhubung keuangan terbatas dan setelah pemikiran yang panjang, ya saya milih yang biasa-biasa aja beserta minum teh tawar panas. Berhemat 🙂 Semua selesai memesan. Lalu mas-masnya ngasih bon, total 200ribu sekian. Udah rempong mau ngeluarin kalkulator karena kan bayar masing-masing. Suddenly, dimas bilang, “Sini, saya bayarin.” Meja kami langsung heboh, “Beneran dim? Aaaaaa makasih yaaa.” Semua wajah bersuka cita. Saya juga sih. Tapi terus saya nyeletuk, “Ko ga bilang-bilang sih? Tau gitu minumnya ga mesen teh tawar panas….” Yah, si teh tawar panas yang kalo di ampera itu gratis… Maka, pembulian sama temen2 tutor tentang teh panas pun dimulai haha.

False Negative


Gara-gara Kang Thareq ngetweet tentang respon false negative terhadap adzan subuh, saya jadi inget pengalaman bulan Juni 2012 kemarin. Di Masjid Nabawi juga ada adzan sebelum waktu subuh. Di deket rumah saya juga suka ada, buat ngebangunin orang-orang shalat tahajud. Tapi, entah gimana, karena keseringan becanda, tidur, dan ga nyimak, saya dan nuni ga dengerin pas penjelasan kondisi di sana. Makanya kita agak bertanya-tanya. Bukannya kalo udah masuk waktu subuh  ga bisa witir ya? Ini kok rombongan malah nerusin shalat witir. Jadi kami memutuskan ga ikutan. Setelah ibu-ibu selesai shalat witir, seorang ibu yang ada di sebelah kami (yang nampaknya menangkap kegelisahan kami) memberi tahu bahwa tadi itu bukan adzan subuh, tapi adzan pendahuluan tadi. Duh, ketauan kan ga nyimak. Saya dan Nuni pun ber-ooooo panjang dan menertawakan diri sendiri. Hamdalah, masih bisa witir dan akhirnya kami pun bersegera. :))

Islamedia – Media Informasi Islami: Setan, Si Raja PHP


Islamedia – Media Informasi Islami: Setan, Si Raja PHP.

Nah, agar tidak terkena tipuan harapan palsu-nya setan, kita harus tahu bagaimana setan beroperasi menebar harapan palus nya.

Perhatikan surat Al-A’raf ayat 17 di atas. Dari ayat tersebut, dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan ada 4 cara setan menebar harapan palsu.

1. Min baini aidihim. Setan datang langsung di hadapan kita. Maksudnya setan membuat manusia ragu akan permasalahan akhirat. Karena sesungguhnya yang ada di depan kita adalah hari akhir.

Setan menabur harapan palsu pada manusia dengan kata-kata, “Nyantai aja men, neraka dan adzab kubur itu hoax. Lu boleh berbuat sesuka lu di dunia ini. Hidup itu cuma sekali, men. Jangan sampe sia-sia lu capek-capek sholat, puasa, buat ngejer akherat, padahal yang dikejer itu gak ada sama sekali.” Begitulah godaannya sehingga manusia menyangka dan berharap bisa melakukan apa saja tanpa ada balasannya di akhirat. Namun manusia salah.

2. Wa min kholfihim. Dari belakang. Lawan dari akhirat (depan) tentu saja dunia. Maka setan membuat manusia mencintai dunia. Cinta pada dunia inilah yang membuat mental umat muslim menjadi terpuruk.
Setan memberikan harapan palsu pada manusia: “Bro, lu ga perlu lah sedekah sedekah segala. Mending uangnya lu invest di deposito. Lebih bermanfaat buat lu bro. Orang-orang itu miskin karena males. Lu gak seperti mereka. Lu orangnya rajin dan smart mengelola uang. Udah, ga usah sedekah. Kalo ga buat beli gadget baru, mending dikelola maen saham.”

Akhirnya manusia tenggelam dalam cinta dunia dan enggan beramal sholih.

3. Wa ‘an aimaanihim. Dari kanan. Maksudnya setan akan membisiki manusia dengan cara mengaburkan urusan agamanya. Di sinilah peran kelompok penyesat seperti misionaris, aliran-aliran sesat dan JIL.
Setan memberi harapan palsu pada manusia berupa: “Girl, lu yakin berjilbab? Sayang rambut bagus lu, lho. Yang diperluin itu jilbab hati. Hati lu udah dijilbabin belum? Yang penting itu tingkah laku lu dijilbabin dari kelakuan-kelakuan jelek. Ga perlu lah kain yang menutupi rambut indah lu. Bukan itu tujuan beragama.”

Godaan lain misalnya: “Cuy, lu ga perlu sholat kalu kelakuan lu udah baek. Kalo lu udah menghindari perbuatan keji dan munkar, itu udah cukup. Sholat kan tujuannya itu. Udah lah cuy, lu udah baek kok. Ga perlu sholat. Beneran.”

Dan manusia pun tersesat fikirannya karena godaan setan. Itulah perlunya ilmu agama agar bisa menangkal tipuan-tipuan seperti ini.

4. Wa ‘an syama’ilihim. Dari kiri. Setan membuat manusia gandrung pada kemaksiatan. Dari sisi ini benar-benar full harapan palsu. Manusia pada dasarnya memang menyukai hal yang menyenangkan. Dan setan membungkus maksiat itu sehingga terlihat menyenangkan.

Setan menggoda manusia: “Gak apa lah bray maen judi. Toh cuma sedikit ini. Bisa tobat lah entaran. Yang penting sekarang mah gaul ama temen-temen. Kalo menang lu mayan buat foya-foya. Udah nyantai aja ga usah pikirin dosa. Tuhan juga ngerti.”

Itulah berbagai tipuan indah setan. Berbagai jalan ia masuki untuk meniupkan harapan indah pada manusia.

Keluarlah Saudaraku


Saudaraku

kau tahu bencana datang lagi

Porak lagi negeri ini

Hilang sudah selera orang-orang untuk mengharap

Sementara jiwa-jiwa nelangsa itu

Sudah sedari lama berbaris-baris memanggil-manggil

Keluarlah keluarlah saudaraku

Dari kenyamanan mihrabmu

Dari kekhusyukan i’tikafmu

Dari keakraban sahabat-sahabatmu

Keluarlah-keluarlah saudaraku

Dari keheningan masjidmu

Bawalah roh sajadahmu

Ke jalan-jalan

Ke pasar-pasar

Ke majelis dewan yang terhormat

Ke kantor-kantor pemerintah dan pusat-pusat pengambilan keputusan

Keluarlah keluarlah sadaraku

Dari nikmat kesendirianmu

Satukan kembali hati-hati yang berserakan ini

Kumpulkan kembali tenaga-tenaga yang tersisa

Pimpinlah dengan cahayamu

Kafilah nurani yang terlatih

Di tengah badai gurun kehidupan

Keluarlah keluarlah saudaraku

Berdiri tegap di ujung jalan itu

Sebentar lagi sejarah kan lewat

Mencari aktor baru untuk drama kebenarannya

Sambut saja dia

Engkaulah yang ia cari

 

Anis Matta – 2003