Berpendapat


1. #Berpendapat adalah hak yang sangat terhormat di dalam agama ini.

Quran mengisah, anak kecil hingga malaikat pendapatnya layak didengar.

 

2. Anak kecil yang sering dianggap akalnya belum sempurna,

oleh ayah nan bijaksana diminta #Berpendapat terkait perintah Allah (QS 37: 102)

 

3. Sebagai kontras, demikian jua malaikat nan tercipta dari cahaya, akal sempurna

tanpa hawa #berpendapat pada penciptaan olehNya (QS 2: 30)

 

4. #Berpendapat-lah, sungguh ia sendi beragama kita. Pendapat baik; olahan akal,

alaman rasa, & susunan kata bisam menjadi ibadah berharga.

 

5. Agama ini beri ruang luas #Berpendapat, selama ia berkenan berdiskusi dengan

wahyu & nurani; urusan paling remeh hingga nan amat serius.

 

6. Ibrahim misalnya di QS 37: 102, yakin bahwa menyembelih putranya adalah perintah Allah.

Tetapi ia tak langsung gorok leher. #Berpendapat

 

7. Ibrahim mengajarkan: seyakin apapun kita bahwa suatu hal adalah perintah Allah;

meminta pihak terkait #Berpendapat adalah kemuliaan.

 

8. Maka saya cenderung ittiba’ ulama nan #Berpendapat, ie: penerapan syari’at juga

harus melalui pembicaraan dengan siapapun nan terdampak.

 

9. Allah tak pernah menghendaki agama ini jadi belenggu pemaksa, dan

tak menghajatkan keberagamaan nan terpaksa. #Berpendapat itu terhormat.

 

10. Jika pada hal yang jelas bahwa ianya perintah Allah saja kita dibimbing

untuk mendengar mereka nan #berpendapat, apalagi nan selain itu.

 

11. Maka prinsip pertama dalam #Berpendapat adalah: bersedialah mendengar.

Sebab yang tak mau mendengar kehilangan kelayakan untuk didengar.

 

12. Teringat kita betapa sabar Nabi dengarkan ‘Utbah ibn Rabi’ah #Berpendapat.

Padahal yang dia ucapkan adalah caci maki, fitnah, & umpatan.

 

13. Di saat ‘Utbah telah berhenti bicara pun, Nabi masih tersenyum mesra & bertanya,

“Adakah kau sudah selesai hai Abul Walid?” #Berpendapat

 

14. Saat ‘Utbah berkata, “ya”, beliaupun bersabda,

“Aku telah mendengarkanmu hai Abul Walid. Kini berkenankah kau simak aku?” #Berpendapat

 

15. Maka terlantunlah kalam suci & terpesonalah ‘Utbah, duta Quraisy itu.

Dia mendengarkan sebab Muhammad sedia mendengarnya. #Berpendapat

 

16. ‘Utbah pulang dengan ubah sikap. “Menurutku”, ujarnya,

“Jangan kalian musuhi Muhammad. Kalau bangsa Arab mengalahkannya..” #Berpendapat

 

17. “..kalian tak rugi. Tapi jika Muhammad menang,

itu jadi kemuliaan kalian juga.” Mk berkuranglah 1 tokoh penentang terkeras. #Berpendapat

 

18. Dengarkanlah siapapun nan #berpendapat, apapun pendapatnya,

& bagaimanapun cara dia mengungkapkannya. Ini bekal tuk menjadi berpengaruh.

 

19. Adapun cara terbaik bagi kita tuk #berpendapat adalah dengan hikmah.

Itulah cara utama & paling berhasil bawakan kebenaran (QS 16: 125)

 

20. Apa itu hikmah? Kata Ibn Al Qayyim: segala kemanfaatan yang kita hadirkan,

dinilai dari sudut pandang mitra bicara & amal. #Berpendapat

 

21. Mengenali sekaligus menghormati sudut pandang mitra bicara

dalam #berpendapat itulah yang antar Ibrahim sukses berdakwah (QS 6: 74-79)

 

22. Reminder: (QS 6: 74-19) ditegaskan Al Qurthuby dlm Al Jami’

BUKAN kisah Ibrahim cari tuhan, melainkan kisah strategi da’wah #Berpendapat

 

23. Cara #Berpendapat selanjutnya yang diisyaratkan QS 16: 125 adalah

mau’izhah (nasehat, bimbingan). Ia disyarati harus ‘hasanah’ (baik).

 

24. Dibanding hikmah, #berpendapat dengan mau’izhah hasanah punya kelemahan:

memposisikan diri ‘lebih’ daripada mitra. Kadang tak diterima.

 

25. Mau’izhah hasanah mudah diterima oleh nan punya iman (kehendak berbaik) <QS 51: 55>.

Yang ingkar takkan bergeming <QS 2: 6> #Berpendapat

 

26. Maksud baik menasehati kadang bersambut; “Memang kamu siapa?

Ayah-ibu yang tiap hari kasih makan saja tidak cerewet kok!” #Berpendapat

 

27. Sebelum masuk ke cara #berpendapat nan ketiga: debat, menurut para mufassir,

tutur Al Qaradlawy dalam Fi Fiqhil Aulawiyat QS 16: 125 …

 

28. …itu tertib lafazh “hikmah-mau’izah-jidal” ialah urut efektivitas & urut prioritas

nan harus diambil dalam metode dakwah. #Berpendapat

 

29. Maka debat adalah cara terberat & tersulit bawakan kebenaran.

Allah syaratkan ia harus “billati hiya ahsan” <cara terbaik> #Berpendapat

 

30. Betapapun debat itu caranya terbaik, oleh orang terbaik berakhlaq terbaik,

belum tentu bisa bawa mitra cakap pada kebenaran #Berpendapat

 

31. Seiring mentakjubi Ibrahim di kisah Al Quran, mari juga ambil pelajaran

saat dia memenggal berhala kaumnya, lalu ditangkap. #Berpendapat

 

32. “Tanya saja patung itu!”, ujar Ibrahim saat diinterogasi.

Hujjahnya tak terbantah, kaumnya terbungkam. Berimankah mereka? #Berpendapat

 

33. Tidak. Justru Ibrahim dibakar. Yang menghancurkan, dibalas lebih mengerikan.

Bagi kita, kata Ibn Al Qayyim, ini tak boleh. #Berpendapat

 

34. Menolak suatu kejahatan, jangan hingga melahir kejahatan lebih besar.

Adapun Ibrahim, mulialah dia dalam penjagaan Allah. #Berpendapat

 

35. Ibrahim lalu sadar berdebat dengan khalayak awam itu tak efektif.

Akal sehat tertutup riuh hawa nafsu. Otot yang maju dulu. #Berpendapat

 

36. Selektif: maka Ibrahim pilih tokoh paling intelek, berkuasa,

& berpengaruh untuk didebat. Konon namanya Namrudz (QS 2: 258) #Berpendapat

 

37. “Tuhanku menghidupkan & mematikan”, ujar Ibrahim. Raja itu hadirkan 2 tawanan;

1 dibunuh, 1 dilepas. “Aku juga!”, katanya. #Berpendapat

 

38. “Tuhanku datangkan mentari di timur, coba datangkan ia dari barat!”,

sanggah Ibrahim. Hujjah dahsyat. Raja itu terbungkam. #Berpendapat

 

39. Tapi berimankah dia? Tidak. Ibrahim malah diusir dari negerinya.

Memenangkan kebenaran bukan cuma soal memenangkan argumen. #Berpendapat

 

40. Memenangkan kebenaran adalah soal memenangkan hati.

Dan hati, -tak seperti akal-, tak bisa takluk pada argumen semata-mata. #Berpendapat

 

41. Hati tunduk oleh akhlaq mulia. Jika hati sudah jatuh cinta pada pekerti,

tak diberi hujjahpun dia kan cari dalilnya sendiri #Berpendapat

 

42. Sebab itulah Nabi jaminkan rumah di surga justru bagi mereka yang

‘mengesampingkan’ kebenaran, demi harmoni & akhlaq mulia. #Berpendapat

 

43. “Kujaminkan sebuah rumah di surga bagian bawah bagi yang menahan diri

dari berbantah, meski di pihak benar.” (HR Abu Dawud) #Berpendapat

 

44. Tersampaikannya kebenaran sekedar jadi prioritas selanjutnya jika

disanding upaya menaklukkan hati dengan berakhlaq mulia. #Berpendapat

 

45. Bukannya kebenaran itu ditutupi. Ia hanya ditahan sejenak untuk

disampaikan dengan cara yang indah & di waktu nan tepat. #Berpendapat

 

46. Maka tugas seorang beriman adalah mengatakan yang baik

(benar isinya, indah caranya, tepat waktunya); atau diamlah dulu. #Berpendapat

 

47. Kita didengarkan bukan sebab suara yg keras. Kita didengarkan, ditaati,

& berpengaruh sebab hati mitra bicara siap menerima #Berpendapat

 

48. Proses termudah membuat hati mitra bicara siap dengarkan qt

ialah dengan hikmah: kebermanfaatan diri kita yang dirasakannya #Berpendapat

 

49. Itu luas sekali. Makna “da’wah”, salah-1-nya adlh undangan makan.

Maka ia itu kebermanfaatan dlm ukuran lahir maupun batin. #Berpendapat

 

50. Ingat, Abu Bakr serahkan 40.000 dirham (lk Rp 1,8M)

pada Nabi di hari pertama masuk Islam. Itu untuk proyek sosial da’wah. #Berpendapat

 

51. Begitulah; kelayakan didengar dalam #berpendapat juga sangat

ditentukan oleh kebermanfaatannya; spiritual, intelektual, maupun material.

 

52. Al Walid ibn Al Mughirah si penentang Quran, dihinakan Allah

di QS Al Balad dgn diperbandingkan pada Nabi yang penuh amal #Berpendapat

 

53. Seolah dikatakan, Al Walid didengar hanya semata karena dia pemuka.

Sementara Nabi menempuh ‘jalan yang mendaki lagi sukar’ #Berpendapat

 

54. Itulah ‘aqabah: membebas budak, memberi makan di hari sulit untuk yatim & melarat.

Lalu menyeru dengan sabar & penuh kasih. #Berpendapat

 

55. Maka sempurnalah syarat bagi Nabi untuk -seharusnya- didengar.

Pertama: reputasi. Dia Al Amin, terpercaya tak pernah dusta. #Berpendapat

 

56. Kedua, kebermanfaatan: dia penyantun bagi semua nan terpinggir,

penjalin harmoni silaturrahim, & dia amanah jalankan usaha. #Berpendapat

 

57. Ketiga; dia kedepankan akhlaq mulia dalam bawakan bimbingan:

kesabaran & kasih sayang. En toch, beliaupun masih ditentang. #Berpendapat

 

58. Maka bagaimana bisa kita.. T_T ..yang tak miliki

ketiga hal itu berharap selalu didengar & ditaati kalau #berpendapat? Rabbighfir lii..

 

59. Hal pertama dari Sang Nabi, sungguh berat dimiliki.

Maka nan berlapang harta & jiwa, upayakan miliki nan kedua juga ketiga. #Berpendapat

 

60. Jika hal ke-2 Sang Nabi (kebermanfaatan material) juga sulit

sebab terbentur kondisi, mutlaklah kita punya nan ke-3: akhlaq #Berpendapat

 

61. Jadilah santun wahai ahli kebenaran. Sebab yang benar tapi

tak santun melunturkan hormat khalayak insan pada kebenaran. #Berpendapat

 

62. Jadilah cerdas wahai ahli kebenaran. Tak semua yang sesat harus ditanggapi,

jika tanggapan justru buat dia bangga terkenal. #Berpendapat

 

63. Maaf jika ini kasar: tapi kadangkala, lisan kita memang terlalu mulia

untuk bicarakan orang atau hal tertentu. Jagalah itu. #Berpendapat

 

64. Tugas kita adalah sampaikan kebenaran. Bukan membuat kebenaran itu terhina

sebab cara yang tak indah & waktu nan tak tepat. #Berpendapat

 

65. Perhatikan kebaikan yang mengintip. Jangan terpesona oleh keburukan,

shg kita lalai perhatikan kebaikan yg tersembul malu-2 #Berpendapat

 

66. Tragedi pembunuhan 99 nyawa yang digenapkan jadi 100 di kisah Bani Israil,

bisa jadi sebab sang ‘Abid salah sikap & bicara. #Berpendapat

 

67. Dia lebih terpesona oleh kata “membunuh” & lalai menyimak kata “taubat”,

yang sebenarnya menjadi inti pesan sang pendosa. #Berpendapat

 

68. Banyak orang bermaksud baik di sekitar kita; hanya kadang kita terlanjur

menyangkanya buruk sebab kasar, jahil, tak beradab #Berpendapat

 

69. Hargailah maksud baik itu dgn pemuliaan. Senyum kecil & pujian sederhana

kita mungkin tumbuhkan rasa malunya untuk berjelek #Berpendapat

 

70. Bahkan komunitas yang oleh Ajo @IndraJPiliang disebut #salaharah pun

sekenal saya sekedar tumbuh dari orang-orang terluka. #Berpendapat

 

71. Sebagian mrk nan #salaharah, dulunya terluka oleh orang shalih.

Lalu kejahatan berbaikhati pd mrk, & luka itu makin nganga. #Berpendapat

 

72. Mk mari tunjukkan kasih keshalihan pd mereka. Saya tahu,

bahkan di komunitas #salaharah ada orang yang mencoba jaga nilai. #Berpendapat

 

73. Bayangkan alangkah sakitnya ketika dia harus izin -bilangnya- ke warung

pada teman-teman #salaharah-nya, padahal mau shalat #Berpendapat

 

74. Di twitter ini, kita hanya mengenal twit-nya yang ganas menyerang

keshalihan, syari’at, & orang shalih yang bersyari’at. #Berpendapat

 

75. Mari fahami, dia -& yg semisalnya- punya luka menganga dari masa lalunya

pd orang shalih & keshalihan. Dia sakit, menderita #Berpendapat

 

76. Sayang dulu luka itu tak disembuhkan; lalu justru dirawat

oleh kejahatan dgn uang & keramahan. Sadar jd alat, tapi tak daya #Berpendapat

 

77. Ahli kebenaran, berbaik hatilah;) Sebab kita lebih berhak utk lakukan semua itu

dibanding kejahatan yg tlh merusak mereka. #Berpendapat

 

78. Mari beradu hujjah dalam #berpendapat dengan mereka dalam santun akhlaq & kata mulia.

Sebab di jiwa ini, kita tak punya yang hina-hina;)

 

79. Juga jangan henti mendoakan; sebab jiwa mereka yang lara & gelap sangat menantikannya.

Dan kita meneladani Nabi atas itu;) #Berpendapat

 

80. AlhamduliLlah, selesai KulTwit #Berpendapat. Salim pamit tuk berbagi

Jalan Cinta Para Pejuang di Farmasi UGM. Sila silaturrahim 16.00;)

 

81. Jika Tweeps Shalih(in+at) merasa KulTwit #Berpendapat ni manfaat,

Salim sila penuh syukur sebarkannya. Moga lahir amal, alirkan pahala;)

 

KulTwit Ust. Salim A. Fillah

Sahabat Selamanya (via Majelis Ta’lim Salman ITB)


“Pastilah hatinya keras dan merasa suci. Dan itu membuat mereka mudah sakit hati, sulit menghargai, dan tak mampu memaafkan.” Astaghfirullah.

Di sisi lain, jika kita sedang mengingatkan orang lain, kita juga ingat, diri ini tidak sesuci Nabi Musa as dan orang yang diingatkan tidak seperti Fir’aun. Mengingatkan dengan cara yang ahsan 🙂

Cahaya Keshalihan kadang membuat mata ini silau bahkan silaunya itu membuat mata ini tak melihat jika nasihat yang diberi itu, hakikatnya adalah bukti ukhuwah saling mengingatkan di jalan dakwah… tapi mungkin atas nama kita merasa paling benar yang ada justru ketersinggungan, ketika nasehat yang tiba dihadapan kita itu adalah sesuatu yang tak enak di didengar telinga… Tapi itu adalah konsekuensi, akibat perbuatan kita sendiri siapa yang meniu … Read More

via Majelis Ta'lim Salman ITB