Apa lagi?


Tidak seberat Asiah yang bersuamikan Fir’aun.
Tidak seberat Luth as. yang beristrikan orang yang termasuk ke dalam orang-orang yang diazab.
Tidak seberat Ibrahim as. yang berayahkan penyembah patung.
Tidak seberat Mus’ab bin Umair yang ibunya memintanya untuk murtad.
Tidak seberat Nuh as. yang anaknya memilih untuk tenggelam daripada beriman.
Lalu, apa yang menahan diri ini, untuk berkata lantang seperti Ummu Umarah
“Aku tidak akan mengeluh terhadap musibah yang menimpaku di dunia!”

Jawaban


Inspirasi atau hikmah, bisa kita dapatkan dari mana saja. Bahkan dari tempat yang paling tidak disangka-sangka sekalipun. Dari tulisan di pinggir jalan sampai bisikan-bisikan di kanan-kiri (temen-temen dekat, maksudnya). Karena Rasulullah pernah bersabda, “Hikmah adalah milik orang mukmin yang hilang. Dimanapun ia menemukannya, maka ia yang paling berhak mengambilnya.” Apalagi di saat diri ini terlalu sibuk menyoroti resiko dan kekhawatiran-kekhawatiran yang belum tentu terjadi, tentu peran pembisik ke jalan yang benar ini sangat penting.

Karena seseorang yang berjiwa pecundang itu, selalu mencari-cari alasan atas semua yang terjadi. Menyalahkan orang lain. Mencari excuse, pembenaran, menyangkal. Putus asa (Tidak ada orang yang berputus asa, kecuali orang-orang yang sesat. hiiiii.). Yang pasti, kalo semua syarat ini terpenuhi, maka ia akan menjadi seorang victim dalam kehidupannya sendiri. Sedih banget, kan?

Perang Batin

Bingung antara mengangguk atau menggeleng. Maka setelah bercerita kepada Sang Pemilik Hati, Penggenggam Jiwa, kepada orang-orang terdekatlah kita meminta saran.

“Lebih baik fokus.”

“Lihat kemampuan diri.”

“Bisa, lah. Mudah itu mah.”

“Siapa tahu itu menjadi ladang amalmu.”

Lalu… lalu…

Berlepas diri dari amanah tidak menjadikan diri ini tidak sibuk, kalau memang kesibukan itu merupakan alasan dari diri ini menolaknya. Kesibukan akan selalu ada. Kalau kita tidak disibukkan dengan kebaikan, maka kita pasti sedang disibukkan dengan keburukan.

Karena waktu itu lebih sedikit dari kewajiban yang kita miliki.

Mengadulah kepada Sang Pemilik Hati. Kita tidak bisa mengharapkan apa-apa dari makhluk-Nya, kecuali atas izin-Nya.

Istafti qalbak, mintalah fatwa pada hatimu.

Jawabannya…