Ahad-Jumat, 27 Januari-2 Februari 2013. Senggigi-Gili Trawangan-Gili Meno-Gili Air-Mataram-Kuta-Tanah Lot.
Ahad terhectic yang ada. 27 Januari 2013. Pagi-pagi lokakarya dan proses merapikan data yang super sekali *terima aksih banyak devi*. Perkiraan sampai rumah zuhur pun tinggal wacana. Padahal jam 17 harus sudah berangkat dari Nagor. Saya mesti ke rumah dulu untuk ngambil barang dan packing-packing lagi sedikit. Hamdalah, sekitar pukul 15, lokakarya sudah selesai. Saya pun bersegera ke rumah untuk mengambil barang-barang, shalat ashar, dan berangkat ke arnes.
Dari Arnes, saya, mbae, wulan, lila, karin, bocah, nira, faisal, diva, uus, lidya, dan tia berangkat menuju Bandara Husein Sastranegara, tepat pukul 17. Bos langsung nunggu di bandara katanya. Sambil menunggu pesawat take off, kami masih sempat shalat maghrib dan isya di bandara. Sekalian makan juga. Juga menghubungi om-nya bocah yang tinggal di Bali sana. katanya, beliau akan menjemput kami di Bandara Ngurah Rai dan mengantarkan kami semua ke Padang Bai.
Tanpa terasa, sudah waktunya kita terbang 😀 Dari Bandung-Bali memakan waktu 1 jam 40 menit. Sampai di Bandara Ngurah Rai sekitar tengah malam. Perjalanan ke Padang bai pun lancar, lebih lancar dari dugaan malah. Terus mobil sewaannya dibayarin sama om-nya bocah. Makasih banyak, om. Perkiraan semula, kita baru akan tiba Padang Bai sekitar pukul 4 subuh. Tapi, saking lancarnya, pukul 1.30 sudah tiba (kalu ga salah inget. atau 2.30. sekitar itu pokonya)
Padang bai
Cukup dengan bayar Rp36000, kami sudah bisa menyebrang menggunakan kapal ferry dari Padang bai ke Lembar (baca huruf e-nya kaya baca bebek ya). Lumayan, memakan waktu sekitar 5 jam untuk sampai Lembar. Bisa istirahat. Shalat subuh juga di atas ferry loh. hehe. Kursi enak, sepi, aman, asal saling menjaga aja.
Pemandangan dari ferry
Pemandangan dari ferry 2
Pemandangan dari ferry 3
Menjelang pukul 7, ferry merapat ke pelabuhan.
Kapal merapat
Di Lembar ini, terjadi tragedi. Haha. mamang2 angkotnya sangat gigih nawarin jasanya untuk membawa kami semua keluar dari Lembar. Kegigihannya mencapai tahap bikin kesel. kami memilih jalan kaki keluar dari area pelabuhan, karena setelah keluar area pelabuhan, sebetulnya kita bisa naik angdes (angkutan desa). Nah, sepanjang jalan, itu mamang angkot, eh, angdes, ngikutiiiin terus. Sampai lelah menolak. haha. Sampai suatu titik, akhirnya kita deal nyarter 2 angkot untuk mengantarkan kami ke terminal sweta karena sopir angdes lagi pada demo jadi kita ga akan nemuin angdes dan lumayan juga udah jalan jauh sambil manggul-manggul tas. (kemudian, bos menyadari harusnya ke terminal mandalika, bukan sweta. haha)
pas lagi jalan nyari angdes dari lembar
Sampai di Sweta, mamang-mamang angdes lainnya langsung mengerubungi. Kejadian di Lembar terulang lagi. haha. Kita gigih menolak. Sambil nyari rumah makan karena belum sarapan. tapi ko ya jalan udah jauh ga nemu restoran atau warteg gitu. Beda banget sama Bandung yang setiap meternya ga kekurangan rumah makan. Dan, tebak, restoran apa yang pertama kali kami temukan setelah jauh-jauh jalan? Ya! Rumah makan padang. haha. Jauh-jauh ke Lombok, makannya padang lagi. Tapi karena perut udah meronta-ronta, ya, langsung kami serbu. Sambil numpang ke kamar mandi dan sikat gigi juga.
Sambil makan, kami menyusun strategi supaya bisa sampai ke tujuan dengan ongkos murah. Pertama, kami membagi diri menjadi 3 kelompok supaya ga dikerunungi mamang2 angdes. Lalu, kita pergi dengan interval 5 menit untuk setiap kelompok. Rencananya, dari sana kami berniat ke senggigi, lalu ke Gili trawangan.
Dari Sweta ke senggigi, kita naik 2 kali. Angkot sampai ke ampenan. Dari ampenan naik oplet sampai senggigi. Kaya amazing race lah. Saya yang termasuk ke dalam kelompok 1 jalan duluan. Berhenti di ampenan. Tapi malah ketemu kelompok 2 yang entah gimana ceritanya bisa sampe duluan. Kita sok-sok ga kenal gitu biar ga disuruh nyarter. Jadi dapet murah deh sampe sengigi. haha. Beda lagi sama cerita kelompok 3 yang ditipu sopir dibawa muter2 gitu 😦
Suasana dalam oplet
senggigi
langit sengigi
main-main di senggigi
dari sengigi, kami lanjut ke pelabuhan bangsal pake oplet. 1 oplet. ber 13. tasnya gede-gede. haha. kaki udah ga bisa gerak. napas susah. panas.
Sampai ke Bangsal, kami segera membeli tiket kapal yang menuju Gili Trawangan. Kami memang berniat bermalam di Gili. sesampainya di Gili, kami berputar-putar, literally blusukan di Gili demi dapet penginapan murah. Semalam Rp25000/orang. Haha.
Penginapan: Wood Stock
jalan-jalan sore nyari makan
-to be continued-